CINTA FITRI 3 : Nonton Sinetron Ini Rasanya Kok Malah Bikin Sesak Ya?
Sejujurnya saya jarang banget nonton sinetron serial yang tayang setiap malam di SCTV ini (pukul 20.00– 21.00 Wib). Capek deh kalo harus melototin sinetron-sinetron striping setiap hari. Apalagi mayoritas sinetron kejar tayang punya gaya pengemasan yang bisa dibilang sama.
Nah, ngomongin soal CINTA FITRI 3 ini (yang konon banyak digemari), sempat heran juga sih saya. Sinetron model beginian kok malah banyak disukai? Eits…tunggu dulu. Saya nggak bilang sinetron ini jelek lho. Malahan ada beberapa keistimewaan yang membuatnya terasa sedikit berbeda dengan mayoritas sinetron striping lainnya. Apa itu?
1. Konflik ceritanya dikemas senatural mungkin. Alias nggak lebay kayak yang lain.
2. Karakter tokoh dan akting para pemainnya pun begitu (nggak berlebihan), baik itu karakter antagonis maupun protagonis.
Nah, itu aja kelebihannya (cuma 2..hehehe). Sedangkan kekurangan yang masih saja tidak kunjung diperbaiki pada CINTA FITRI 3 yaitu :
- Angle kameranya monoton banget!
Dari Cinta Fitri 1 sampai season 3 saat ini, tidak ada perubahan sedikit pun pada teknik pengambilan gambarnya. Yang sangat dominan tersaji di kamera bolak-balik cuma wajah para pemainnya yang disorot dengan sangat dekat (sampai menyesaki layar tv – alias cuma keliatan wajah dan sedikit lehernya..wekekeeek). Efeknya, nonton sinetron ini rasanya kok malah bikin sesak ya? (bukan sesak nafas sih...hehehe).
- Setting adegan juga terasa kurang hidup bin monoton.
Mayoritas di dalam ruangan (indoor). Udah gitu, diperparah pula dengan angle close-up yang terlalu dominan, sehingga latar adegan menjadi kurang hidup (terkesan di tempat itu-itu aja).
- Musik latarnya pun monoton.
Terkesan sekedar tempelan yang kurang berarti (karena cuma mengulang-ulang irama yang sama). Terlebih pada adegan-adegan dimana pemainnya lagi kaget, sinis, atau heran. Kok yang diputer itu-itu aja sih musiknya? MD banget deh musiknya...hehe. Wong divariasikan dikit kek biar nggak terkesan sebatas tempelan
Namun kekurangan paling parah yang mesti diperbaiki adalah masalah angle pengambilan gambar. Buat pihak MD Entertainment selaku PH yang memproduksi CINTA FITRI 3 ini, banyak belajar dong pada Sinemart dan Soraya Intercine Films (dalam hal editing dan angle pengambilan gambar). Bagi saya, sinetron-sinetron striping yang diproduksi oleh kedua PH tersebut lebih baik dalam hal angle kameranya, walaupun masih didominasi oleh gambar close-up. Tapi rasanya kok nggak separah angle kamera pada CINTA FITRI yach.
Pada sinetron striping produksi Sinemart dan Soraya, walaupun angle close-up masih mendominasi, namun di sela-selanya cukup sering diselipkan gambar berupa long-shoot untuk lebih menghidupkan setting adegan. Sedangkan pada CINTA FITRI 3 ? Boro-boro deh Kalaupun ada gambar long-shoot, durasinya sangat cepat dan terkesan sekedarnya saja.
Singkat kata, pihak MD masih terkesan cari aman dan cari gampangnya saja dalam mengemas sinetron kejar tayang.
Angle close-up yang terlalu dominan mungkin memang disengaja untuk menghindari nampaknya mikrofon perekam suara pemain saat berdialog (itu tuh, yang biasa ada di atas kepala pemain). Pekerjaan si tukang pegang mikrofon pun menjadi lebih ringan, karena nggak perlu ngangkat mic tinggi-tinggi (jelas aja, wong angle-nya cuma close-up..hehehe). Selain itu, mungkin agar proses editing gambar tidak terlalu ribet.
Tapi efeknya, setting adegan jadi terasa kurang hidup dan monoton. Bagaimana pihak MD?
1 komentar:
niat banget,,,
Posting Komentar
Silakan isi komentar anda dibawah ini.....!Komentar anda sangat berarti bagi blog ini. TERIMA KASIH